Ya, hai minna. Ini
adalah hari ke-8 ku mengikuti tahap ke empat ini. Hehe, gak kerasa udah hampir
40 hari gak sekolah dalam semester ini, ah, lupa hari minggu dan tanggal
merahnya juga.
Ya, gak jauh berbeda
sih dengan yang kemarin-kemarin. Tapi, kali ini aku bisa beradaptasi dengan
lingkungan disini, suasananya, anginnya, udaranya, dan juga cuacanya.
Dalam satu hari aku
menghabiskan waktu belajar fisika 10+3atau4 jam perharinya. Gak bisa dipungkiri
sih, karna kedatanganku kesini adalah untuk menuntut ilmu sebanyak
mungkin. Keseharianku disini tidak
membuatku lupa akan rumah, jadi setiap hari tidak ada kata tidak untuk
menghubungi ibu/ayah/adik.
Sekarang aku sedang
menikmati pemandangan langit biru dari lantai 6. Biru, dan juga dengan awan
putih yang bergerak karena angin. Jika kubuka jendela, hawa diluar terasa jadi
lebih panas. Tapi, hal yang paling menyenangkan ketika melihat keluar jendela
adalah melihat matahari terbit dan melihat matahari terbenam. Kalau dirumah,
aku lebih suka melihat bintang, tapi karena aku dikota, jadi tidak ada bintang
yang bisa aku lihat setiap malam.
Aku tidak bisa dibilang
mempunyai teman disini,setelah belajar aku langsung kekamar, teman sekamarku
memiliki banyak teman jadi ya aku tidak
bisa bersosialisasi dengan baik.
Hari pertama dia begitu
baik dan juga ramah. Tapi, setelah hari kedua, aku menemukan fakta bahwa ia
tidak lagi ada diduniaku. Kami tidak pergi sarapan dan makan siang bersama.
Bahkan ketika malam ia tidak dikamar, belajar kelompok lebih menyenangkan bersama
teman-teman daripada berlaku canggung denganku. Ya, aku tidak menyalahkan dia.
Disini aku tidak bisa mengekspresikan diriku. Karna, aku merasa apapun yang
akan aku katakan hanya akan menghasilkan sesuatu yang sia-sia dan tidak
bermanfaat. Lebih kepada basa basi yang berkepanjangan.
Dan hari-hari itu terus
berlanjut. Aku mendapatkan guru yang baik dan ramah, ia membuat semua orang
menjadi akrab. Atau ia akrab dengan semua orang. Ketidakkerasannya membuatnya
memiliki kesan baik dan juga guru ideal. Bagiku, apa yang ia ajarkan juga
sangat berguna. Ia memang hanya mengajarkan konsep dasar kepada kami, tapi
sebenarnya itulah yang tepenting bukan? Ya begitulah kiranya. Panggil ia buk
ketut lasmi. Aku harap dia seorang islam, jadi aku akan bisa merasakan kehangatannya
sebagai seorang guru. Tapi, ia benar-benar hangat sih.
Ah, dan juga guruku itu
mendatangkan seorang medalis perak dari riau. Aku lupa namanya, ia sekarang
berada dikelas 12 di cendana Mandau. Ia juga baik, kepintarannya tidak terlalu
membuatnya sombong atau memang dia memang bukan orang yang sombong. Aku kagum
kepadanya karena ia baik, dan juga ia sudah dua kali meraih medali perak di osn
seindonesia. Memang ia tidak bisa begitu akrab dengan perempuan karena ini
masalah gender, tapi dia orang yang lucu. Ia juga hebat dalam menjawab soal, ia
tidak sombong dengan menunggu kami, ia mengatakan apa yang tidak kami mengerti
dan menjelaskan menjelaskan. Ya, juga, tidak ada wajah sombong yang terpampang.
Benar-benar baik. Kebaikan dan kepintarannya membuat seperti tipe seorang abang
ideal, hehe, aku gapunya abang sih ya tapi menurutku begitulah.
Kenapa aku mengatakan
sombong disini? Karna, setelah sekian lama aku hidup aku bisa menyimpulkan
kenapa kebanyakan orang menjadi sombong. Yang pertama adalah ego, rasa menang
yang dirasakan diri sendiri karena suatu keunggulan sangat mengerikan bagiku,
yah, karena aku berfikir setiap orang memiliki keunggulan masing-masing. Lebih
tepatnya memiliki bakat masing-masing.
Hm,hm, kembali kepada
sosialisasi, dalam satu atau dua hari terakhir tidak seburuk itu. Panggil dia
Fellis, dia adalah perempuan yang menghangatkan kelas ia tertawa dan mencoba
untuk dekat dengan kami, yang awalnya kelas adalah sebuah kelas yang tak
memiliki cahaya kehidupan lambat laun menjadi hangat karena kedatangan mentari
dari timur. Ya memang masih redup, tapi cukup untuk membuat kelas menjadi
hangat didalam ruangan ac itu. Terima kasih kepadanya. Tapi walaupun begitu, ia
bukan teman yang akrab untukku, sama seperti mega, karena ia juga memiliki teman
dekat ditempat ini. Dan aku adalah seseorang yang cukup jauh dari kata “teman
dekat”.
Komunikasiku dengan
teman sekamarku, panggil dia mega, juga tidak begitu buruk. Dan komunkasiku
dikelas juga tidak seburuk yang aku bayangkan. Padahal aku sudah menyusun
rencana sebelum datang, tapi masalah yang tampak tidak seburuk yang aku
hipotesakan.
Sedikit tentang teman
ini, ia baik walaupun sedikit pendiam dengan orang baru. Ia sebenarnya adalah
seseorang yang asik, tapi tidak bisa berbuat hal yang sama denganku, karena
pola pikir sosialisasiku yang sedikit tidak mengacuhkan dan membuatnya menjadi
diam atau lebih tepatnya menutup mulut. Ya aku kagum padanya, ia pintar dan
juga sebagai perempuan ia feminism. Lebih kepada diam yang ayu dan ramah yang
khas. Kepintarannya membuat poinnya bertambah, tapi ada satu hal yang ingin aku
tanyakan padanya. Dan, aku tidak bisa menanyakan itu.
Dan lagi, aku menyusun
rencana yang sia-sia, dan yah, aku senang, karena aku tampak sedikit berhasil
dalam berkomunkasi dengan orang-orang baru. Tersenyum adalah hal yang selalu
aku lakukan, dan tidak mendekati mereka adalah hal kedua yang aku lakukan.
Bodoh bukan? Jadi, apa artinya aku tersenyum pada mereka? Aku tahu, aku
tersenyum karena aku suka melihat orang-orang ikut tersenyum. Walaupun beberapa
hanya member I tatapan aneh karena setelahnya aku tampak seperti menghindar
dari kerumunan, tapi itulah aku.
Sebenarnya aku juga
pernah mencoba untuk masuk kedalam suatu kerumunan social, tapi, setelah aku
datang, semuanya terdiam, lebih kepadanya lebih menahan diri untuk mengutarakan
sesuatu,padahal sebelum aku datang, mereka tampak bersenang senang dan tertawa
bersama. Jadi, aku mencoba untuk mendapatkan hal yang baru, yaitu tertawa
bersama. Tapi, untuk itu cukup sulit ya?
Mereka bercanda tentang
suatu hal yang menurutku biasa, seharusnya tidak ada tawa dalam kalimat dan
kelakuan itu, tapi hal itu mengingatkanku tentang Liza, seorang sahabat yang
setelah aku bertemu dengannya, aku tidak
tahu dan tidak mengerti pembicaraan bagaimana membuat suatu pembicaraan yang
menyenangkan. Tapi, padahal aku selalu melakukan itu dengannya setiap hari.
Ingin aku mempraktekkannya kepada orang-orang baru disini, tapi aku tak tahu
caranya. Haha, hanya tawa dalam hati yang aku hasilkan karena kegagalan rencana
ini, karena menurutku semua itu begitu lucu, kegagalan dalam merubah suasana
ini adalah lucu.
Kenapa? Karena ini
bagian dari proses, proses hidup, entah itu gagal menang semua itu hanya
proses, jika aku membuat suatu denah kehidupan seorang insan, ini masih ada
10000…..0000 km perjalanan yang harus ditempuh, dengan catatan, perjalanannya
jalan kaki. Anggap saja kita berada pada papan catur yang infinite, dan kita
terus berjalan dan terkadang belok horizontal atau membentuk suatu sudut ya
apalah itu. Dengan gaya yang harus maksimal jika ingin cepat sampai tujuan,
seperti ingin minum karena sudah kehausan, dan jika berhasil mendapatkan minum
itu adalah suatu keberhasilan kepada suatu tujuan. Tapi, kita harus berjalan
lagi untuk mendapat suatu yang lain seperti makan mandi dan lain-lain. Dan
tujuan yang sebenarnya adalah suatu yang tampak jelas namun abstrak. Yaitu
kebahagiaan abadi.
Ya, dan lagi, cerita
blog ini menjadi curhat berkepanjangan,gomen dan terima kasih sudah membaca.
Subscribe? Ini bukan channel youtube =_= hehe, wassalam.
No comments:
Post a Comment