Tuesday 25 December 2018

BERTEMU UNTUK BERPISAH



Hembusan angin menerpa wajahku, suara gesekan rel kereta menjadi pengiring perjalananku. Disinilah aku, bersama sebuah tiket menuju sebuah istana ketenangan yang telah lama kurindukan. Hiruk pikuk perkotaan telah membuat aku tuli akan merdunya suara alam.


Kereta yang kunaiki mulai memasuki terowongan. Gelap, cahaya seketika ditelan oleh dinding-dinding gua. Tiba-tiba aku merasa hawa disekitarku mulai berubah, angin yang tadi berhembus pun ikut menghilang meninggalkan ketenangan yang mencekam. Tak lama kemudian, sebuah cahaya kecil muncul dan perlahan membesar. Cahaya itu sangat menyilaukan sehingga aku reflek menutup kedua mataku.

Perlahan aku membuka mata. Perlu waktu beberapa detik sebelum penglihatanku kembali normal. Aku merasa berada ditempat yang berbeda. Pemandangan didepanku bukan lagi kursi-kursi penumpang. Namun, melainkan sebuah hutan lebat.

Aku melihat orang-orang yang memakai pakaian aneh mulai mendekat ke arahku. Mereka tidak terlihat seperti orang jahat, namun aku merasa takut karena mereka mendekat dengan jumlah yang cukup banyak dan mata mereka semua mengarah padaku.

Kakiku terasa membeku bahkan aku tidak bisa berlari menjauh, aku merasa terlalu takut. Kerumunan orang-orang itu berhenti didepanku. Mereka hanya diam dan membuat celah kecil ditengah-tengah, dimana disitu seorang wanita tua melangkah mendekat kearahku.

“Akhirnya kau datang,” Ujarnya lemah sambil memegang tanganku. Aku merasakan tangan mungil nan keriputnya mengelus tanganku pelan.

Seketika, hiruk pikuk pun terdengar diantara kerumunan. Aku samar-samar mendengar rasa syukur dari mereka, senyum mereka pun dapat kulihat dari tatapan mereka terhadapku. Seakan-akan, aku adalah orang yang mereka tunggu, atau mungkin seorang pahlawan? Tapi kenapa?

“Maaf, aku tidak mengerti maksudmu, nek. T-tolong jelaskan ada apa? Mengapa aku ada disini? Aku sangat asing dengan tempat ini.” Tanyaku penuh keheranan dengan nada bergetar ketakutan.

Laki-laki berjenggot putih yang umurnya mungkin yang sudah sangat tua perlahan maju, “kamu ada di Glurfdit, kami adalah orang-orang yang sudah lama menunggumu, kamu sudah ditakdirkan untuk menyelamatkan negri ini.” Dia tersenyum, begitupun dengan yang lain. aku merasa seperti bermimpi, jawabannya benar-benar tidak masuk akal. Menyelamatkan negeri? Dia bercanda?

Mungkin ini efek kelelahan sampai-sampai aku  bisa merasakan mimpi ini begitu nyata. Aku membayangkan, tubuhku yang sedang tertidur didalam kereta. Ya walaupun terdengar kekanak-kanakan, setidaknya ini bukan mimpi buruk. 

“Ayo, kami akan mengantarmu ke istana,kami harus segera memberitahu raja”, wanita tadi langsung menarikku. Apa dia tidak bisa menunggu persetujuanku dulu, atau haruskah aku ikut? Sepertinya pendapatku tidak terlalu penting disini. Mereka bahkan tidak menanyakan namaku. Baiklah, aku akan mengikuti alur naskah mimpiku ini.

 “Kita akan menuju ke Istana” Ucap sang wanita tua dan menggenggam erat tanganku.

Ia menceritakan semuanya padaku. Aku akan menemui sang Raja, Willence. Dia hanya bisa jatuh cinta sekali dalam seumur hidup. Itu hampir mirip dengan cerita werewolf yang pernah aku baca. Dimana mereka mempunyai ikatan yang disebut mate,mereka dapat mencium aroma pasangannya dari jarak ratusan meter ataupun dapat berkomunikasi melalui pikiran. Buku yang aku baca mengatakan,ikatan mate ini sangat kuat,mereka bahkan lebih baik mati daripada harus tersiksa dengan berpisah dengan mate-nya. Wanita tadi yang akhirnya aku ketahui bernama Madam Rose menceritakan kalau Will sudah lama mencariku keseluruh pelosok negeri, namun karena kekuatannya yang masih terbatas dia tidak mampu untuk membuka portal antar dunia. Will adalah sosok raja yang sangat dicintai rakyat,sehingga rakyatnya pun berharap dan berdo’a untuk kedatanganku.

Mengabaikan wanita tadi beserta keanehan yang aku alami. Mataku mulai memandang keluar. Kebutaanku terhadap alam lenyap sudah, daun-daun pohon melambai tertiup angin seakan menghipnotisku, burung-burung berkicau dengan merdunya. Saat melewati sungai, aku dapat merasakan betapa segar airnya hanya dari suaranya saja. Ini terlalu nyata! Ketenangan dan perasaan ini.
Kami sampai di tujuan. Gerbang istana menjulang tinggi dihadapanku, beberapa penjaga membuka gerbang sedangkan yang lain tetap mengawasi sekitar. Diujung sana, aku melihat sekelompok orang yang sepertinya sedang menunggu kami.

“Sepertinya kabar kedatanganmu sudah menyebar,” seseorang berbisik kepadaku. Kami terus berjalan mendekati kumpulan orang-orang itu. Aku pun mulai dapat melihat wajah mereka dengan jelas.

Pandanganku langsung terpaku pada seorang laki-laki yang berdiri paling depan. Ketampanannya bahkan sudah dapat terlihat dari jarak beberapa meter.

Semakin dekat, aku mulai merasakan sesuatu yang panas tiba-tiba menyebar didalam diriku. Aku tidak tau apa penyebabnya tapi aku merasa lemah dan mual. Aku merasakan sakit yang luar biasa didaerah sekitar jantung. Penglihatanku mulai kabur, namun aku masih dapat melihat dengan samar. Didepan sana, laki-laki itu juga seperti sedang merasakan sakit. Seberkas cahaya violet keluar dari tubuh kami berdua lalu perlahan menyatu menuju langit dan kemudian pecah membentuk kembang api yang sangat indah.

Aku tidak merasakan sakit lagi. Apa yang baru saja terjadi? Aku kembali menatap laki-laki itu, pandangan kami bertemu. Mata biru langitnya memberiku ketenangan.

Orang-orang yang ada disana bersorak ria bahkan ada yang menangis haru. Kembang api itu berisik, tapi mendengar sorak ria dan tangisan bahagia mereka, kembang api itu menjadi si berisik yang menenangkan.

Seakan sudah terpisah lama, aku merasa tidak ingin jauh darinya, tidak ingin kehilangan, dan merasa sangat membutuhkannya. Dimataku hanya ada dia, orang-orang seakan menghilang dan hanya ada kami berdua. Aku dapat mendengar suara jantungku yang berdetak kencang. Akhirnya aku mengerti sekuat apa ikatan mate itu.

“Apa kau raja Willance?” Tanyaku.

Kami saling bertatapan dalam waktu yang cukup lama, sampai kemudian dia menggengam tanganku dengan erat dan tersenyum dengan menawan. “Terima kasih,” ucapnya. Bahkan suaranya terdengar sangat menenangkan,aku ingin mendengarkannya lagi dan lagi.

Raja Will menatapku, namun aku melihat tatapannya yang sendu. Seakan-akan, sesuatu yang buruk akan terjadi. Tunggu, kami baru saja bertemu!

“Ada apa?” aku khawatir.

Will menatapku, “tidak apa-apa Hana. Simpan kalung ini baik-baik agar aku dapat menemukanmu.”

“Apa maksudmu?”

Will memakaikan kalung dengan liontin berwarna biru itu ke leherku. Kemudian dia menghentakkan kakinya ketanah. Lingkaran kecil dengan cahaya berwarna ungu muncul dan membesar kira-kira seukuran tubuhku. Cahayanya sangat menyilaukan membuatku terpaksa memejamkan mata.

Dengan perlahan kubuka mataku, dengan perasaan kecewa, aku terbangun di tempat yang membuatku harus mendesah kesal.

Hatiku terasa sakit setelah sadar bahwa kisah nyata itu adalah mimpi. Kenapa ia terasa begitu nyata? Aku benar-benar merindukannya, merindukan sesuatu yang tidak ada itu, menusuk hatiku.Aku memegang liontin yang ada didadaku.

“Liontin?!”

“Itu bukan mimpi!”

Air mataku mengalir deras dan aku memegang liontin pemberian Will dengan erat. Itu bukan mimpi, itu bukan mimpi, Will itu nyata! Gumamku berulang kali.

Aku akan berusaha menyakini sepenggal kepercayaan akan kedatangan Will yang entah  kapan. Tepati janjimu, aku menunggu kedatanganmu.

***

salam hangat dari kami
penulis : Febriani Novita Dewi
penyunting : Tasya Marliani

No comments:

Post a Comment