Tuesday 1 April 2014

perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial eropa

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia, mulai dari Portugis, Inggris, dan Belanda, sebenarnya yang paling lama dan menyeluruh serta berpengaruh terhadap seluruh kehidupan bangsa Indonesia, baik perkembangan masyarakatnya, kebudayaan, maupun pemerintahan, adalah ketika masa colonial Belanda. Namun bukan berarti yang lain tidak membawa dampak sama sekali. Semua bangsa Eropa yang dating ke Indonesia, sebenarnya tidak ada yang menguntungkan, karena memang tidak ada kerja sama.

1.       Masa Kolonial Portugis
Meskipun salah satu tujuan Portugis ke Indonesia adalah untuk mencari daerah jajahan, namun tujuan tersebut dapat dikatakan todak berhasil. Portugis hanya dapat menguasai Ternate. Di Ternate bangsa Portugis berusaha merebut perdagangan cengkeh dan pala. Di daerah Maluku, Portugis berusaha menanamkan kekuasaannya. Namun hamper semua masyarakat menolak kehadirannya, karena sikap Portugis yang sombong. Dengan segala kekuasaannya, Portugis bertindak sewenang-wenang dan bertindak kejam terhadap rakyat. Akhirnya, terjadi pertentangan antara rakyat Maluku dengan Portugis. Setelah rakyat sadar, mereka segera mengusir Portugis dari Maluku. Selama di Indonesia, Portugis-pun gagal mempengaruhi Aceh.
Selama zaman colonial Portugis di Indonesia, Portugis meninggalkang bekas-bekasnya di dalam kebudayaan Indonesia. Kebudayaan rohani yang ditinggalkan berupa penyebaran agama Katholik di Ambon. Ini terlihat dari nama-nama yang meniru nama-nama bangsa Portugis, seperti De Fretes, Lopies, dan Diaz. Bangsa Portugis juga meninggalkan benda-benda yang akhirnya dianggap keramat oleh bangsa Indonesia, seperti meriam-meriam yang dikenal dengan nama Nyai Setomi di Solo, Si Jagur di Jakarta, dan Ki Amuk di Banten.
2.       Masa Kolonial Spanyol
Semenjak Belanda menginjakkan kakinya di Indonesia pada tahun 1596, kemudian mereka melakukan kongsi dagang yang diberi nama VOC,berarti bangsa Indonesia sudah dijajah oleh Belanda.
Kepemimpinan VOC di  pegang oleh dewan beranggotakan 17 orang  yang berkedudukan di Amsterdam . untuk melaksanakan kekuasaan di Indonesia , di angkatlah beberapa gubernur VOC , antara lain:
A.      Pieterboth , gubernur jendral VOC pertama yang memerintah tahun 1610-1619 di Ambon.
B.    Jan Pieter Zoon Coen , gubernur jendral VOC yang kedua yang memindahkan pusat VOC   
 dari Ambon ke Jayakarta (Batavia).

Pada saat masalah keuangan dialami Belanda, Belanda mengirim Johanes Van Den Botch. Mengeluarkan  peraturan tanam paksa (Cultuur Stelsel) untuk mentambah penerimaan negaranya diindonesia . tanam paksa adalah peraturan yang mewajibkan setiap desa untuk menyisihkan sebagian tanah nya untuk ditanami komudidi ekspor, kopi, tebu, dan nila. System tanam paksa ini jauh lebih keras dan kejam dibanding system monopoli VOC. Kerasnya system tanam paksa akhirnya memunculkan politik etis atau politik balas budi. Politik etis ialah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah colonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Muculnya kaum etis dipelopori oleh Pieter Brooshoft (wartawan kotan ‘De Locomotief’) dan Conrad Theodor Van Deventer (politikus). Ratu Wihelmina menuangkan panggilan moral kedalam kebijakan politik etis yang terangkum dalam program ‘Trias Politika’.
Program ‘Trias Politika’ meliputi:
a.       Irigasi, yaitu membangun dan memperbaiki pengairan dan bendungan untuk pertanian.
b.      Emigrasi, yaitu mengajak penduduk untuk transmigrasi.
c.       Edukasi, yaitu memperluas bidang pengajaran dan pendidikan.
Begitu liciknya Belanda dalam mengabadikan pencengkraman penjajahan di Indonesia terutama dalam memecah belah persatuan dan kesatuan. Bangsa ini tercabik-cabik dan tidak mempunyai kesempatan untuk melepaskan diri dari cengkramannya. Namun, setelah saatnya tiba dengan segala pengorbanan dan perjuangan, kesempatanpun dating dan kita dapat menjadi bangsa yang merdeka.

No comments:

Post a Comment