Sunday 4 June 2017

CERPEN - SATU PUZZLE YANG HILANG

Satu Puzzle Yang Hilang
Ketika aku berkata “satu yang hilang”, itu artinya aku hampir menyelesaikan teka-teki ini dalam bentuk puzzle. Tapi, bukannya menyelesaikannya, aku malah menghilangkan satu potong puzzle dan kebetulan itu terletak ditempat yang penting.

Aku bersikeras mengatakan pada diriku untuk berhenti mencari sesuatu yang bahkan seharusnya tidak aku cari, hanya satu bagian, bahkan dari jauh puzzle yang sudah kususun terlihat sempurna. Tapi aku, masih tidak nyaman dan kesal jika aku benar-benar tidak menemukannya.
Aku menangis, padahal aku sudah menyusunnya dengan rapi, serapi mungkin dan sebagus mungkin, potongan puzzle ku letakkan satu per satu pada tempat yang tepat. Tapi, dari semua itu aku kehilangan satu potong yang penting. Tanpa itu benar-benar puzzle itu tidak sempurna. Puzzle ku yang sebenarnya adalah satu bola dan dengan background biru. Dan ketika satu potongan yang hilang ini adalah potongan bagian bola, puzzle ini benar-benar tidak menjadi sempurna.
Tapi, bola itu adalah bola berwarna merah sedangkan aku tidak menyukainya. Dan backgroundnya yang berwarna biru yaitu warna yang teramat aku sukai. Tapi tanpa si bola merah, aku benar-benar kesal, awalnya aku menganggap bola itu adalah sesuatu yang mudah dan bisa diselesaikan kapan saja, jadi aku tetap fokus kepada yang berwarna biru sampai akhirnya aku tahu bahwa aku kehilangan satu potongan puzzle.
Aku kesal dan marah, bahkan tak ada emosi yang menyenangkan yang mengelilingi tubuhku, semuanya bergejolak dan berteriak tidak suka, aku menyukai bola tapi aku tidak menyukai warnanya.
Hei aku, kau adalah seseorang yang berada dalam tubuh seorang manusia. Seharusnya kau sadar bahwa bola itu benar-benar tidak ada. Kau tidak pernah menyimpan bola itu kau juga tidak peduli akan bola merah itu, kenapa kau harus mencarinya sedangkan kau tidak peduli.
Pasti karena ia adalah bagian dari puzzleku. Apapun dia sekotor apapun dia serumit apapun seaneh apapun ia tetap bagian dari puzzleku. Sesuatu yang tidak aku sukai itu menyempurnakan puzzleku.
Tapi kau tahu, puzzle yang kau susun itu adalah puzzle yang menggambarkan dirimu. Ketika kau kehilangan sesuatu puzzle itu akan begitu. Dengan mudahnya kau mengatakan bahwa kau ingin menyusun puzzle tentang dirinya, padahal kau sedang menyusun puzzlemu sendiri, kau penasaran akan dirimu sendiri sehingga kau menyusun puzzlemu dan bukan puzzlenya! Bahkan kau tidak mengerti dia. Kau sedang berusaha menyusun siapa kau, dan bukan siapa dia, dan kau akhirnya mengenal dirimu, dirimu yang sedang kehilangan sesuatu yang penting dan kau sudah tahu rupa bagian yang hilang itu.
Kau tidak bisa mencarinya, karena sesuatu yang kau cari itu tidak ada. Kau harus mulai menumbuhkannya atau lebih tepatnya membuatnya ada. Ketika kau berada didalam duniamu kau akan merasakan keheningan. Dan ketika kau berada didunia orang orang disekitarmu kau akan kagum betapa indahnya dunia mereka, karena duniamu hanya terdiri dari sesuatu yang kau sukai, dan sesuatu itu adalah sesuatu yang berwarna biru. Sedangkan mereka, memiliki dunia pelangi. Tapi karena kau tidak terbiasa dengan warna pelangi, kau akhirnya pergi ke bagian biru dan memutuskan untuk melihat dunia itu secara horizontal yang mengarah kepada bagian pelangi yang berwarna biru. Tapi matamu bukan teropong satu arah, jadi kau bisa melihat merah jingga kuning hijau nila dan ungu tanpa harus menoleh.
Aku tidak menutup mata, aku bertahan untuk melihat kepada biru, namun sayang, aku terlarut dalam pemikiran memberikan hipotesa dan pendapat, dan mereka yang mendengarnya menganggapmu aneh. Dan pada akhirnya, aku dikunci kepada garis biru. Dan aku terbiasa karenanya.
Tapi sekarang, dimana kuncinya? Kapan aku akan keluar dari dunia biru kecilku? Setidaknya aku ingin membawa seorang penyuka biru kedalam dunia biruku. Hh, pergi dan larilah, aku yang dikunci. Langkah awal yang harus kulakukan adalah keluar, dan pertanyaannya adalah bagaimana? Buatlah merahmu dan rasakan merahmu, dan kau akan menemukan puzzle yang kau cari walaupun pada akhirnya kau akan mati didalam garis biru sebelum kau menyelesaikannya.
Aku ingin meminta tolong, tapi dunia warna warni itu tidak mengerti bahasa dunia biruku dan pada akhirnya juga hai aku, usahamu sia-sia, aku. Sia-sia? Bahkan jika dideskripsikan, aku tidak dapat mengatakannya secara jelas. Jadi puzzle, dimana kamu sekarang? Bukan, bagaimana aku harus membuat bagian itu? Kau tau aku, ada sesuatu disekitarmu yang tak terlihat, tapi hanya itu satu-satunya yang bisa membuat warna merah tentu saja dengan bantuan birumu.

No comments:

Post a Comment