Satu Puzzle Yang Hilang
Ketika aku berkata
“satu yang hilang”, itu artinya aku hampir menyelesaikan teka-teki ini dalam
bentuk puzzle. Tapi, bukannya menyelesaikannya, aku malah menghilangkan satu
potong puzzle dan kebetulan itu terletak ditempat yang penting.
Aku bersikeras
mengatakan pada diriku untuk berhenti mencari sesuatu yang bahkan seharusnya
tidak aku cari, hanya satu bagian, bahkan dari jauh puzzle yang sudah kususun
terlihat sempurna. Tapi aku, masih tidak nyaman dan kesal jika aku benar-benar
tidak menemukannya.
Aku menangis, padahal
aku sudah menyusunnya dengan rapi, serapi mungkin dan sebagus mungkin, potongan
puzzle ku letakkan satu per satu pada tempat yang tepat. Tapi, dari semua itu
aku kehilangan satu potong yang penting. Tanpa itu benar-benar puzzle itu tidak
sempurna. Puzzle ku yang sebenarnya adalah satu bola dan dengan background
biru. Dan ketika satu potongan yang hilang ini adalah potongan bagian bola,
puzzle ini benar-benar tidak menjadi sempurna.
Tapi, bola itu adalah
bola berwarna merah sedangkan aku tidak menyukainya. Dan backgroundnya yang
berwarna biru yaitu warna yang teramat aku sukai. Tapi tanpa si bola merah, aku
benar-benar kesal, awalnya aku menganggap bola itu adalah sesuatu yang mudah
dan bisa diselesaikan kapan saja, jadi aku tetap fokus kepada yang berwarna
biru sampai akhirnya aku tahu bahwa aku kehilangan satu potongan puzzle.
Aku kesal dan marah,
bahkan tak ada emosi yang menyenangkan yang mengelilingi tubuhku, semuanya
bergejolak dan berteriak tidak suka, aku menyukai bola tapi aku tidak menyukai
warnanya.
Hei aku, kau adalah
seseorang yang berada dalam tubuh seorang manusia. Seharusnya kau sadar bahwa
bola itu benar-benar tidak ada. Kau tidak pernah menyimpan bola itu kau juga
tidak peduli akan bola merah itu, kenapa kau harus mencarinya sedangkan kau
tidak peduli.
Pasti karena ia adalah
bagian dari puzzleku. Apapun dia sekotor apapun dia serumit apapun seaneh
apapun ia tetap bagian dari puzzleku. Sesuatu yang tidak aku sukai itu
menyempurnakan puzzleku.
Tapi kau tahu, puzzle
yang kau susun itu adalah puzzle yang menggambarkan dirimu. Ketika kau
kehilangan sesuatu puzzle itu akan begitu. Dengan mudahnya kau mengatakan bahwa
kau ingin menyusun puzzle tentang dirinya, padahal kau sedang menyusun puzzlemu
sendiri, kau penasaran akan dirimu sendiri sehingga kau menyusun puzzlemu dan
bukan puzzlenya! Bahkan kau tidak mengerti dia. Kau sedang berusaha menyusun
siapa kau, dan bukan siapa dia, dan kau akhirnya mengenal dirimu, dirimu yang
sedang kehilangan sesuatu yang penting dan kau sudah tahu rupa bagian yang
hilang itu.
Kau tidak bisa
mencarinya, karena sesuatu yang kau cari itu tidak ada. Kau harus mulai
menumbuhkannya atau lebih tepatnya membuatnya ada. Ketika kau berada didalam
duniamu kau akan merasakan keheningan. Dan ketika kau berada didunia orang
orang disekitarmu kau akan kagum betapa indahnya dunia mereka, karena duniamu
hanya terdiri dari sesuatu yang kau sukai, dan sesuatu itu adalah sesuatu yang
berwarna biru. Sedangkan mereka, memiliki dunia pelangi. Tapi karena kau tidak
terbiasa dengan warna pelangi, kau akhirnya pergi ke bagian biru dan memutuskan
untuk melihat dunia itu secara horizontal yang mengarah kepada bagian pelangi
yang berwarna biru. Tapi matamu bukan teropong satu arah, jadi kau bisa melihat
merah jingga kuning hijau nila dan ungu tanpa harus menoleh.
Aku tidak menutup mata,
aku bertahan untuk melihat kepada biru, namun sayang, aku terlarut dalam
pemikiran memberikan hipotesa dan pendapat, dan mereka yang mendengarnya
menganggapmu aneh. Dan pada akhirnya, aku dikunci kepada garis biru. Dan aku
terbiasa karenanya.
Tapi sekarang, dimana
kuncinya? Kapan aku akan keluar dari dunia biru kecilku? Setidaknya aku ingin
membawa seorang penyuka biru kedalam dunia biruku. Hh, pergi dan larilah, aku
yang dikunci. Langkah awal yang harus kulakukan adalah keluar, dan
pertanyaannya adalah bagaimana? Buatlah merahmu dan rasakan merahmu, dan kau
akan menemukan puzzle yang kau cari walaupun pada akhirnya kau akan mati
didalam garis biru sebelum kau menyelesaikannya.
Aku ingin meminta
tolong, tapi dunia warna warni itu tidak mengerti bahasa dunia biruku dan pada
akhirnya juga hai aku, usahamu sia-sia, aku. Sia-sia? Bahkan jika
dideskripsikan, aku tidak dapat mengatakannya secara jelas. Jadi puzzle, dimana
kamu sekarang? Bukan, bagaimana aku harus membuat bagian itu? Kau tau aku, ada
sesuatu disekitarmu yang tak terlihat, tapi hanya itu satu-satunya yang bisa
membuat warna merah tentu saja dengan bantuan birumu.
No comments:
Post a Comment