Friday 3 November 2017

APA DIA NYATA - PART 1



PART 1

Ini sudah masuk hitungan seminggu semenjak Peni mengikuti Kim. Namun, hasilnya selalu sama ia selalu kehilangan jejak Kim.

 “Ke-kemana dia pergi? Apa yang terjadi?”

“Tolong, jangan menyusahkanku saat ini.” Ujar Kim dari belakang Peni dan membuat Peni terkejut dan takut. 

Aku sudah begitu jauh dan ini bukan tempat yang kukenal. Bagaimana ini?

“A-anu, a-apa kau masih disini? Aku tidak akan mengikutimu lagi, jadi tolong bantu aku mencari jalan pulang.” 

“…” tidak ada jawaban dari Kim. Peni menoleh kebelakang dan ia juga tidak menemukan Kim
.
“Aku benar-benar tidak tahu tempat ini.” Gumam Peni dan duduk disebuah bangku yang terletak tepat dibawah lampu jalan. Ia berniat untuk menunggu Kim yang ia ikuti tadi. Peni terlihat kelelahan dengan keringat yang bercucuran didahinya. Dan akhirnya, ia tertidur.

“Ia benar-benar menyusahkan. Kenapa ia bisa mengejarku padahal aku berlari begitu cepat?” Ujar Kim dengan membawa Peni yang sedang tertidur diatas punggungnya.

“Bukan, bukan itu. Kenapa ia mengikutiku?” Ujar Kim.

Kriing.. Kriing.. Alarm dikamarnya berdering begitu keras dan membuat Peni mau tidak mau harus pergi dari mimpinya.

“Hahh, lagi-lagi aku sudah ada ditempat tidur ini. Sebenarnya, apa yang terjadi? Aku hampir mengejarnya setiap malam dan terbangun ditempat tidur setiap pagi. Apakah semua ini hanyalah mimpi? Tidak, aku yakin itu nyata.” Gumam Peni.

Tidak ada yang percaya pada ceritaku. Bahkan, jika aku jadi mereka, aku juga tidak akan percaya.

“Ha?” Peni mempelototi orang yang ada didepannya saat ini dan terkejut.

“Sudah kuduga kau bisa melihatku.” Ujar Kim.

“Apa maksudmu?” Ujar Peni lagi dan berniat untuk berlari. Namun, tatapan dinginnya membuat peni membeku ditempat.

Tunggu, aku mengejarnya hampir setiap malam dan sekarang aku ingin pergi. Apa kulit pucat dan mata dinginnya itu akan menakutiku?

“Kenapa kau selalu mengikuti setiap malam?” Tanya Kim to the point.

“Karna kau terlihat familiar, aku merasa aku mengenalmu. Jadi, aku..”

“Jika kau mengikutiku lagi, aku tidak akan bisa menjamin kau bisa pulang dengan selamat.” Ujarnya dingin dan menatap Peni dengan tatapan tajam.

“Jadi, yang membawaku pulang setiap malam adalah kau? Bagaimana kau bisa masuk kedalam rumahku?”

“…” Kim hanya diam dan berniat melangkah menjauhi Peni.

“T-tunggu.” Peni menahan Kim dengan memegang lengan baju Kim.

“Aku masih punya pertanyaan, tentang aku bisa melihatmu, apa maksudnya?”

Kim menyunggingkan sedikit senyumnya.

“Kau lihat semua orang yang ada disini? Mereka melewatiku seakan-akan mereka tidak melihatku.” 

“Itu karna mereka tidak mengenalmu, bodoh.” Ujar Peni

“Dan lihat ketika aku menatap mereka.”

Dan sekumpulan murid yang sedang ditatap oleh Kim, merasa ketakutan dan berlari menjauh dari mereka.

A-apa-apaan itu?

“Aku punya aura pembunuh yang kuat. Jadi, jangan ikuti lagi. Aku sudah memperingatkanmu.”

“Entahlah, apa kau punya teman?” 

“….”

“Aku yakin kau bukan pembunuh. Kau hanya memiliki aura pembunuh.”

“…”

Kim kembali berjalan menjauhi Peni dan Peni kembali mencegahnya dengan pertanyaan yang ia miliki.

“K-kau mau kemana?” 

“Apa kau tuli? Bel masuk sudah berbunyi dari tadi.”

“Oh, jadi begitu”

Kim berjalan menuju kelasnya dan begitu juga peni, yang berjalan dibelakangnya.

Jadi, dia satu sekolah denganku. Kenapa aku baru menyadarinya?

Kim dan Peni berjalan kearah yang sama. Dan 

KAMI SATU KELAS!?

“Kau lihat semua orang yang ada disini? Mereka melewatiku seakan-akan mereka tidak melihatku.” 

Oh, aku mengerti sekarang.

Peni memperhatikan Kim yang duduk disudut kiri belakang kelas. Kim awalnya diam dan menatap Peni dengan tatapan dinginnya. Tentu saja, Peni langsung memalingkan wajahnya seolah-olah ia sedang memperhatikan guru didepannya.

Sepulang sekolah, Peni mengikuti Kim. Ia tidak bersembunyi, dan Kim juga tidak berlari menjauh.

Kim berhenti disebuah bangunan yang sebagian dindingnya dilapisi oleh lumut, dan tidak memiliki aura kehidupan sama sekali. Hanya saja, sebuah rumah yang terlihat sudah lama tidak ditinggali.

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Peni.

“Apakah tuan rumah tidak boleh memasuki rumahnya sendiri?” 

“Ohh, jadi ini rumahmu.”

Peni berniat untuk memasuki rumah yang menakutkan itu. Namun,

“Kau tau, aku tinggal sendirian dan aku laki-laki. Apa kata orang jika melihat seorang gadis masuk kedalam rumahku?”

“Bukankah orang-orang tidak mengenalmu? Aku hanya ingin tau, apa kau nyata atau tidak. Banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu, jadi..”

“Kau tau apa yang terjadi jika hanya ada sepasang manusia didalam sebuah rumah?”

“Hh, baiklah. Setidaknya, kita bisa bertemu disekolah.”

“Sebelumnya, perkenalkan, aku peni.”

“Aku tidak peduli” Jawab Kim.

“Maksudku, aku ingin tau namamu, bodoh”

“Kim.” Dan setelah itu, Kim menutup pintu rumahnya.

Huh, sulit bicara dengan orang seperti dia. Gumam Peni dan pulang menuju rumahnya.
Nyata ya? Gumam Kim.

“Aku tidak melihatnya malam ini.” Gumam Peni dan terus memperhatikan jendela kamarnya hingga tertidur.

Paginya, Peni terbangun dalam posisi tidurnya.

Hh, baru pertama kali aku tidak mengikutinya semenjak aku melihatnya.

Peni pun tergesa-gesa untuk pergi ke sekolah. Menemui laki-laki yang selama ini menjadi tanda Tanya didalam kepalanya.

Hah? Tidak ada.

Peni tidak menemukan sosok Kim dibangku pojok kiri kelasnya. 

“Em, Sar, apa Kim tidak hadir hari ini?” 

“Kim siapa?” 

Ah, benar juga, tidak banyak yang tau tentang Kim.

Peni melihat absensi kelasnya, namun tidak ada nama Kim didalam daftar. Jumlah murid yang ada dikelasnya adalah 33 orang dan yang hanya ada dikelasnya sekarang hanyalah 32 orang.

“Sar, siapa hari ini yang tidak hadir?”

“Semuanya hadir, Pen. Tidak ada yang absen hari ini.”

“Tapi, setelah aku hitung, hanya ada 32 orang dikelas ini..”

“Apa maksudmu? Semua orang dikelas ini hari ini hadir. Sudahlah, kau bertingkah aneh hari ini.”

Semua ini benar-benar membingungkan. Kemana dia?

Masih ada satu cara lagi.

Sepulang sekolah Peni berlari menuju rumah Kim. 

Tok.. tok. Tok.

“Kim? Kiim?” 

Tidak ada jawaban.

Peni memutarkan ganggang pintu rumah Kim tersebut. Dan ternyata, tidak terkunci.

Peni terkejut melihat kondisi rumah Kim. Tidak ada apa-apa, hanya sebuah ruangan kosong dengan debu dan sarang laba-laba disetiap sisi rumah. Ia melihat ke semua ruangan, namun hasilnya nihil. Bahkan, lampunya pun tidak dapat menyala. 

Apa ia benar-benar nyata? Kim?

Tidak mungkin aku bermimpi setelah kemarin.

Sedangkan Kim yang sedang ia cari, dari tadi mengikutinya dari belakang. Tidak bersembunyi, seharusnya Peni dapat melihatnya dengan jelas. Peni pun keluar dari rumah Kim dengan penuh tanda Tanya.

Sudah kuduga, ia tidak akan bisa melihatku dengan mudah.

Tapi, kenapa setiap malam ia bisa melihatku dan bahkan mengikutiku?

Siapa dia?

Gumam Kim dengan memperhatikan punggung Peni yang semakin lama semakin mengecil.

“… Aku hanya ingin tau, apa kau nyata atau tidak..”

Nyata?




bersambung

No comments:

Post a Comment